BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan percobaan
Mempelajari
perilaku (response)
rangkaian terhadap sinyal atau forced
response, dan respon rangkaian secara menyeluruh atau complete response. Mengadakan pengukuran arus serta tegangan pada
saat transient ( peralihan, perubahan, transien, transisi ) pada rangkaian RC,
RL.
1.2
Teori Dasar
Gejala
transien terjadi pada rangkaian-rangkaian yang mengandung komponen penyimpan
energi seperti inductor dan/atau kapasitor. Gejala ini timbul karena energi
yang diterima atau dilepaskan oleh komponen tersebut tidak dapat berubah
seketika (arus pada induktor dan tegangan pada kapasitor).
Respons Rangkaian
Respons
Paksa (Forced Response)
Arus atau tegangan
yang terbentuk karena Arus atau tegangan
yang terbentuk karena adanya energi yang masuk atau keluar dari sumber tegangan atau sumber arus pada sumber tegangan atau arus pada rangkaian.
Rangkaian Respons Natural (Natural
Response)
Arus atau tegangan
yang terbentuk karena Arus atau tegangan
yang terbentuk karena adanya energi yang masuk atau keluar dari komponen
penyimpan energi kapasitif atau komponen
penyimpan energi kapasitif atau induktif pada rangkaian induktif pada rangkaian
Respons
Lengkap (Complete Response)
Merupakan Gabungan
dari respon alami dan paksa.
KAPASITOR
Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu
kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18
menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday
membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi
sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron
sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = C x V
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farad)
V = besar tegangan dalam
V (volt)
Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian :
1. Sebagai kopling
antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain (pada PS)
2. Sebagai filter
dalam rangkaian PS
3. Sebagai
pembangkit frekuensi dalam rangkaian antenna
4. Untuk menghemat
daya listrik pada lampu neon
5. Menghilangkan
bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar
6. Sebagai penyimpan arus sementara.
TIPE KAPASITOR
Kapasitor
terdiri dari beberapa
tipe, tergantung dari
bahan dielektriknya. Untuk lebih sederhana dapat dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic dan
electrochemical.
Kapasitor Electrostatic
Kapasitor
electrostatic adalah kelompok
kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan mika.
Keramik dan mika adalah bahan
yang popular serta murah
untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil.
Tersedia dari besaran
pF sampai beberapa µF, yang
biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan
frekuensi tinggi.
Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari
kapasitor-kapasitor yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida.
Umumnya kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan
tanda + dan - di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas,
adalah karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk
kutub positif anoda dan kutub negatif katoda. Lapisan oksidasi ini terbentuk
melalui proses elektrolisa, seperti pada
proses penyepuhan emas.
Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda),
lapisan-metal-oksida dan electrolyte (katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal
ini lapisan-metal-oksida sebagai dielektrik. Dari rumus diketahui besar
kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal dielektrik. Lapisan metal-oksida
ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang
kapasitansinya cukup besar.
Kapasitor
Electrochemical
Satu
jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor jenis
ini adalah battery dan accu. Pada kenyataannya battery dan accu adalah kapasitor yang sangat baik, karena
memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage current) yang sangat
kecil. Tipe kapasitor jenis ini
juga masih dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun
kecil dan ringan, misalnya untuk
aplikasi mobil elektrik dan telepon selular.
INDUKTOR
Sebuah induktor atau
reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif (kebanyakan
berbentuk torus) yang dapat menyimpan
energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya.
Kemampuan induktor untuk
menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan Henry.
Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat
medan magnet yang kuat didalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday.
Induktor adalah salah satu komponen elektronik dasar yang digunakan dalam
rangkaian yang arus dan tegangannya berubah-ubah dikarenakan kemampuan induktor
untuk memproses arus bolak-balik.
Sebuah induktor ideal memiliki induktansi,
tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi, dan tidak memboroskan
daya. Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi,
beberapa resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. Pada
suatu frekuensi, induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas
parasitnya. Selain memboroskan daya pada resistansi kawat, induktor berinti
magnet juga memboroskan daya didalam inti karena efek histeresis, dan pada arus
tinggi mungkin mengalami nonlinearitas karena penjenuhan.
Induktor sering digunakan pada sirkuit analog
dan pemroses sinyal. Induktor berpasangan dengan kondensator dan komponen lain
membentuk sirkuit tertala. Penggunaan induktor bervariasi dari penggunaan
induktor besar pada pencatu daya untuk menghilangkan dengung pencatu daya,
hingga induktor kecil yang terpasang pada kabel untuk mencegah interferensi
frekuensi radio untuk dprd melalui kabel. Kombinasi induktor-kondensator
menjadi rangkaian tala dalam pemancar dan penerima radio. Dua induktor atau
lebih yang terkopel secara magnetik membentuk transformator.
Induktor digunakan sebagai penyimpan energi
pada beberapa pencatu daya moda sakelar. Induktor dienergikan selama waktu
tertentu, dan dikuras pada sisa siklus. Perbandingan transfer energi ini
menentukan tegangan keluaran. Reaktansi induktif XL ini
digunakan bersama semikonduktor aktif untuk menjaga tegangan dengan akurat.
Induktor juga digunakan dalam sistem transmisi listrik, yang digunakan untuk
mengikangkan paku-paku tegangan yang berasal dari petir, dan juga membatasi
arus pensakelaran dan arus kesalahan. Dalam bidang ini, indukutor sering
disebut dengan reaktor.Induktor yang memiliki induktansi sangat tinggi dapat
disimulasikan dengan menggunakan girator.
Fungsi utama dari
induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan fluktuasi arus yang
melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc salah satunya adalah untuk menghasilkan
tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada aplikasi rangkaian
ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk meredam perubahan fluktuasi arus yang
tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi dari induktor yang bisa
diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya.
Jenis-jenis lilitan
Lilitan ferit sarang madu
Lilitan sarang madu dililit dengan cara bersilangan untuk
mengurangi efek kapasitansi terdistribusi. Ini sering digunakan pada rangkaian
tala pada penerima radio dalam jangkah gelombang menengah dan gelombang
panjang. Karena konstruksinya, induktansi tinggi dapat dicapai dengan bentuk
yang kecil.
Lilitan inti toroid
Sebuah lilitan sederhana yang dililit dengan bentuk
silinder menciptakan medan magnet eksternal dengan kutub utara-selatan. Sebuah
lilitan toroid dapat dibuat dari lilitan silinder dengan menghubungkannya
menjadi berbentuk donat, sehingga menyatukan kutub utara dan selatan. Pada
lilitan toroid, medan magnet ditahan pada lilitan. Ini menyebabkan lebih
sedikit radiasi magnetik dari lilitan, dan kekebalan dari medan magnet
eksternal.
Induktansi Induktor
Induktor selenoida dengan inti
(core)
L : induktansi
dalam H (Henry)
m : permeability inti (core)
mo : permeability udara vakum
mo
= 4p
x 10-7
N : jumlah
lilitan induktor
A : luas
penampang induktor (m2)
l : panjang
induktor (m)
Inilah rumus
untuk menghitung nilai induktansi dari sebuah induktor. Tentu saja rumus ini
bisa dibolak-balik untuk menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai
induktansinya sudah ditentukan.
1.3 Alat-alat yang digunakan
1. Kit praktikum gejala transien
2. Pencatat atau Recorder X-Y
3. Sumber daya searah (DC)
4. Multimeter
5. Kabel Penghubung
1.4 PROSEDUR PERCOBAAN
PERCOBAAN 1
a. Buatlah rangkaian seperti diatas sebagai berikut :
V = 5
Volt R = 10 kΩ C = 1000µF
Keadaan
mula, saklar S1 terbuka, C tidak bermuatan ( bagaimana caranya agar dapat
diperoleh keadaan ini ?). Pada t = 0, saklar S1 kemudian ditutup dan
selanjutnya dibiarkan tertutup.
b. Persiapan Recorder X-Y
Saklar
fungsi Y pada posisi tetap ; saklar skala Y pada posisi 1000 mV/cm. Saklar
fungsi X pada posisi time base ( sec/cem ) dengan tombol pada posisi,
kira-kira, ½ konstanta waktu.
c. Menggambar Grafik VR(t)
Pasanglah a-b pada masukan-Y dari rekorder. Sumber V = 5 Volt dipersiapkan
dan S1 masih terbuka. Saklar time base ( sec/cm ) dibuat menyala
(on). Dan tunggulah hingga pena menggambarkan grafik sepanjang kira-kira 2 cm,
kemudian saklar S1 tertutup. Jagalah agar pena jangan menyentuh
posisi maksimum ( maksimum kanan atau maksimum atas ) dengan mengatur saklar.
Time base ( sec/cm ) sedemikian hingga siperoleh gambar dengan lengkungan yang
cukup baik dan jelas. Kemudian bukalah saklar S1.
d. Menggambar Grafik Vc (t)
Pada
keadaan saklar S terbuka. Hilangkan muatan pada C dengan cara menghubungkan
resistor = 100Ω, posisi saklar sumber pada volt. Tutuplah S1 selama
beberapa saat. Pasanglah ground pada masukan-Y dari recorder. Sumber V = 5 volt
dipersiapkan, sedangkan S1 masih terbuka.
Saklar
time base ( seec/cm ) dibuat (on), dan tunggulah beberapa saat sampai pena
menggambarkan grafik sepanjang kira-kira 2 cm, kemudian barulah saklar S1
ditutup. Pena akan menggambarkan grafik Vc (t) yang diinginkan. Sebelum pena
mencapai posisi maksimum ( maksimum kanan atau maksimum atas ), ubahlah time
base ( sec/cm ) ke (off).
Pilihlah
kombinasi kedudukan skala Y (mV/cm) dan skala time base (sec/cm) sehingga
diperoleh gambar dengan kelengkungan yang cukup baik dan jelas.
Bukalah
saklar S1.
PERCOBAAN 2
Rangkaian Serupa Dengan
Percobaan 1 :
a. Keadaan mula, saklar S1 terbuka, kapasitor C
mula-mula tidak bermuatan dengan Vc (t) = 2 volt. Cara memberi tegangan
mula-mula pada C adalah dengan memasang Rs = 100Ω dan V = 2 volt.
Saklar S2 kemudian ditutup untuk beberapa saat ( kira-kira 30 detik
) kemudian dibuka kembali.
b. Dengan cara yang sama percobaan 1, ukurkah dengan
recorder X-Y tegangan Vc (t) dan VR sebagai fungsi t sebelum, pada
waktu dan setelah S1 ditutup.
PEROBAAN 3
Buatlah rangkaian
sebagai berikut :
a. V = 5 volt R1
= R2 = 20KΩ R3 =
10 KΩ C = 2200 µF
Keadaan
mula, saklar S1 teerbuka, kapasitor C mula-mula tidak bermuatan
(pastikan keadaan ini ). Pada saat t = 0, saklar S1 ditutup dan
selanjutnya dibiarkan tertutup.
b. Dengan cara yang sama dengan percobaan 1, ukurlah dengan
recorder X-Y, tegangan VR (t) dan Vc(t) setelah S
ditutup.
PERCOBAAN 4
Buatlah rangkaian
sebagai berkut :
a. V = 5 volt R1
= 100Ω C1 = 2200µf R2 = 10 KΩ C2 = 1000 µF
b. Pada rangkaian C1-R2-C2.
Keadaan
mula, saklar S1 terbuka, tegangan mula pada C1 = V0
dan C2 = 0 ( tidak mempunyai tegangan mula ). Rangkaian V – S1
– R1 digunakan untuk memberikan tegangan mulai pada C1.
Dengan cara menutup S1 sebentar ( kira-kira 30 detik ). Pada saat t
= 0, S2 ditutup dan selanjutnya dibiarkan tertutup. Carilah i(t), VR(t),VC(t)
dan Vc2(t) setelah ditutup.
c. Percobaan
Dengan recorder X-Y tegangan VR(t) sebelum,
pada waktu, dan setelah S2 ditutup. Ukurlah dengan multimeter
tegangan Vc1 dan Vc2 dalam keadaan mantap ( steady state
), setelah S2 ditutup.
min, tau induksi transient?
BalasHapus